PUISI – PUISIKU TADI MALAM

Label:






Menunggu
Aku membusuk ditempat ini.
Aku menjadi kepingan jasad tak bernyawa berjalan bersama ketidakadilan.
Dan ketidakpastian yang semakin pasti ?, nonsense
Aku mencarimu, sekian lama, dan tak ku temukan.
Dalam semak belukar kehidupan, dalam sekam yang berdebu, palsu
Aku mencintaimu.
Aku ingin hilang.
Setidaknya darimu, cintaku.
Malam Tai Kucing
Ketika sebatang rokok menjadi duri
Kau melihatku
Dan aku gelisah
Lalu persetan dengan aturanmu
Kau ? siapaku ?
Aku ingat temanku, palsu
Aku membencinya
Mereka, dia dan dirimu
Aku membenci kata-kata juga ?
Hah, Aku ingin mati saja.. fuih
Kering seperti embun
Satu ditambah satu, mereka bilang dua
Dan kau bilang itu sepuluh, seratus dan tak berhingga
Kebenaran ? “mutlak” kata mereka
“palsu, relative” katamu
Aku ?
Ketidaknyamanan yang kau rasa
Gangguan psikologi tiada makna
Penyakit gila nomor enam puluh sembilan
Tuhan ? “tidak ada” katamu suatu petang
Pencipta ? “Allah” jawabmu ya mualaf
Keluarga adalah segalanya, kau bilang itu sia-sia
Lalu apa bedanya jika ku katakan
“kering seperti embun”
Menyedihkan
Idealismenya telah runtuh
Diterpa badai tadi malam
Lalu aku mencumbunya, membunuhnya dan menciumnya
Hatinya hancur
Jiwanya terganggu
“aku ingin mati” Katanya
“Jangan tinggalkan aku” kataku sembari ku sayat halus kepingan hatinya
----dan dia mati bergelimang darah
Menyedihkan 
 Percayakan itu padaku
Suatu petang, langit runtuh
Kau memenggalku, dan bertanya tentang surga
“percayakan itu padaku” kataku menjelang sekarat
Suatu petang, senja itu

0 komentar:

Posting Komentar