CERPEN - SANG PENGGENGGAM CAHAYA

Label: ,



Oleh : Gumilar Prastio

Bosan. Tak ku sangka makhluk sekuat diriku bisa berada di tempat yang membosankan ini. Apa yang sebenarnya telah kulakukan. Percaya atau tidak aku sangat merindukan kehidupanku di neraka.
 “Ya Tuhan, ku tahu aku adalah makhluk neraka yang tak pantas hidup di dunia, ku tahu kesombonganku telah melemparku ke dalam penderitaan tiada akhir. Tapi tolong, untuk sekali ini saja. Kabulkan permintaanku. Ku ingin bebas. Ku ingin terbang bebas, meski sayapku tak seindah malaikat surga. Aku hanyalah iblis setengah malaikat yang sedang kebingungan. Maka maafkanlah aku. Dan berilah aku kekuatan wahai Yang Maha Pengampun.” Ku berdoa sambil merintih meminta belas kasih Tuhan.
Ku pejamkan mata, seketika keheningan menyergapku. Suara tetes air dari sebuah wastafel tua sangat membisingkan telinga, meski pada akhirnya suara itu hanya menambah suasana hening di tempat ini, ruang tahanan 666. Beberapa detik kemudian, waktu berhenti berputar. Suara tetes air berhenti begitu saja. Ku tak bisa bergerak. Bahkan untuk bernafas sekalipun. Tapi naluri malaikatku masih bisa merasakan ada sesuatu yang sangat besar yang sedang mendekat ke arahku.
Terdengar dari kejauhan suara benda yang sedang terjatuh. Sangat cepat. Dan tiba-tiba.
            “booommmm” Pedang Cahaya datang menerobos atap ruang tahanan ini.
            “Enkefalin??” begitulah ku sebut nama Pedang Cahayaku.
            Seluruh isi ruangan menjadi terang. Rantai besi yang mengikatku pun hancur terkena radiasi dari Pedang Cahaya. Aku terbebas.
            “Hahahahaha!!!” aku tertawa kegirangan. Pedang Cahayaku telah kembali. Berarti kekuatan superku pun sudah kembali pulih menjadi 100 persen. Pedang Cahaya adalah senjata pusaka yang selalu ku gunakan saat sedang bertarung.  
            Ku lihat sinarnya seperti sedang tersenyum padaku. Di bagian gagang pedang terdapat surat ekslusif untukku. Lalu ku baca surat itu. Ternyata itu dari Yuriel Sang Pencabut Nyawa.

            Dear Lucifer,
            Lu, maafkan aku yang telah mengambil kekuatanmu. Habis kau terlihat menyebalkan waktu itu. Seenaknya saja membunuh manusia tak berdaya. Kau harus tahu aku sangat kewalahan mencabut seluruh nyawa manusia yang kau bunuh itu. Setalah kau di isolasi, pekerjaanku menjadi semakin ringan. Tapi setelah ku pikir-pikir Pedang Cahaya-mu yang selalu ku bawa ini telah merepotkanku. Membawa Pedang Bulan Sabit saja aku telah kewalahan, di tambah harus memegang Pedang Cahaya-mu yang berat itu. Sekarang ku putuskan untuk mengembalikannya padamu. Ku harap kau bertobat. Dan tidak membuat onar lagi di dunia.Wassalam!!
                                                                                                            Dari temanmu
Yuriel

“ haha thanks God. God bless you Yuriel!!” aku berteriak kegirangan.
Lalu ku dengar suara langkah kaki yang sedang berlari ke arahku. Manusia. Aku bisa merasakan, jumlah mereka sangat banyak.
“Angkat tanganmu!” kata mereka memerintahku.
“Dengar , tunggu sebentar. Aku tidak akan berbuat onar lagi, kalian hanya cukup tunjukan padaku dimana Portal Kehidupan yang ada di dunia ini. Ok” kataku berusaha untuk menjelaskan. Portral Kehidupan adalah sebuah pintu yang menghubungkan dunia manusia dengan neraka.
            Namun semua sikap damaiku mereka balas dengan tembakan yang bertubi-tubi.
            “Why ?” kataku kesal sambil merasakan air mata berwarna darah mengalir dari mataku.
            “Cepat.. tembak dia, habisi monster itu tanpa ampun.” Kata salah seorang di antara manusi-manusia itu.
            Aku berjalan perlahan tak peduli dengan serangan mereka. Aku kecewa. Seperti inikah sikap manusia sebenarnya?. Tak ada toleransi. Tak ada pengampunan.
            “Aaaaarrrrrrrrrrggggghhhh!!! “ ku berteriak. Aura kematian memancar dari tubuhku. Semua benda di sekitarku hancur. Lalu ku tebas mereka dengan satu kali Tebasan Kematian. Merekapun luluh lantak. Semua kuhancurkan dalam sekejap. Aku menangis, kerena telah melanggar janjiku pada Tuhan dan Yuriel. Namun sekarang ku tak peduli. Nafsu telah menggerogoti hatiku. Ku keluarkan seluruh dendam yang ku pendam selama lebih dari dua tahun. Ku habisi mereka. Terdengar suatu rentetan senjata dan ledakan dimana-mana. Aku tidak peduli. ku hanya tinggal menebas mereka semua.
            “Habisi, habisi, habisi!!” kataku geram.
            Sebenarnya semua bermula dari keisenganku. Perkenalkan, aku adalah Lucifer. Aku tercipta diantara gelap dan terang. Aku adalah sesosok iblis bersayap malaikat dan malaikat yang bertanduk iblis. Ya, tak ada definisi mutlak tentang diriku. Ada yang bilang aku adalah malaikat yang terbuang karena ku telah bertindak sombong. Ada yang bilang aku adalah lambang ketakutan, kengerian dan kemunafikan, lalu sebagian lagi mengatakan bahwa aku adalah Sang Bintang fajar dan Pembawa Cahaya. Tapi aku tak peduli. mereka hanya mengada-ngada tentang diriku. Orang-orang munafik membenciku dan orang-orang bodoh memujaku.
            Tempatku di neraka, tapi tak tahu kenapa saat itu aku merasa sangat bosan mendengar teriakan manusia-manusia penuh dosa. Aku bingung kenapa mereka masih berbuat kerusakan jika mereka tak mau masuk neraka. Jadi ku putuskan pergi ke dunia dan memcoba merasakan apa yang manusia rasakan ketika di dunia. 
            Tak kusangka kehidupan dan nafsu manusia telah menghancurkanku. Aku tak bisa menahan emosiku. Bahkan dengan kekuatan malaikat sekalipun. Aku malah menggunakan kekuatan itu untuk menghancurkan bukan untuk melindungi. Semenjak ku tiba di dunia, tepatnya di kota Las Vegas tahun 2022, semua manusia mencurigaiku. Padahal aku datang dengan damai. Namun perlakuan mereka sangat membuatku kesal. Mereka melempariku dengan batu karena kedatanganku yang tidak wajar. Aku bangkit dari neraka dengan melewati portal kehidupan. Meski tubuhku berubah menjadi bentuk manusia sempurna tapi kekuatan malaikatku tak berkurang sedikit pun. Jadi mereka pikir aku adalah makhuluk jadi-jadian.
            Tak terima dengan segala ejekan dan tuduhan yang menyebalkan itu. Akupun marah. Semua ku hancurkan tanpa sisa. Hingga ku lihat seorang gadis kecil sedang menangis. Hatiku terenyuh. Ku merasakan perasaan yang tak pernah ku kurasakan ketika ku di neraka. Aku ingin menolongnya. Tapi ia malah berteriak ketakutan. Aku kesal. Dan saat ku bersiap untuk menebas anak kecil itu, ternyata Yuriel Sang Pencabut Nyawa datang dengan Pedang Bulan Sabitnya. Ia menebasku dan mengambil seluruh kekuatanku dan mengambil pedang Enkefalinku. Hingga ku lemah menjadi seperti manusia biasa.
            Lalu sekumpulan manusia yang membenciku menggunakan kesempatan itu untuk menahanku. Mengurungku ditempat yang yang sangat gelap, yang mereka beri nama ruang tahanan 666. Tak terasa dua tahun telah berlalu. Banyak pelajaran yang telah ku dapat dalam isolasiku. Namun dendamku pada manusia seperti tidak ada habisnya. Hingga kini ku terbebas. Mencoba untuk bersabar, tapi ternyata memang dasar manusia kurang ajar. Ku rasa ku harus benar-benar memusnahkan mereka. Kini terpaksa ku langggar janjiku kepada Tuhan dan Yuriel.   

        
         Perlahan jumlah pasukan manusia semakin berkurang. Aku semakin menikmati permainan ini. Dan ternyata lagi-lagi waktu terhenti. Aku tak bisa bergerak.
            “Arrgghhh Apa lagi ini?” tanyaku dalam hati.
            “Yuriel ? “
            “Tidak.. kekuatan ini lebih besar. Sangat besar.” Jantungku berdebar. Sesuatu bergerak sangat cepat ke arahku. Dan tiba-tiba…
            “Gabriel??? “ aku kaget bukan main. Untuk apa Sang Penjaga Langit ini datang dengan wujud manusia?. Aku terus bertanya-tanya dalam hati.
            Tiba-tiba ia sudah ada dihadapanku. Gabriel mengacungkan pedangnya ke atas dan bersiap untuk menebasku.
“Hai, what’s up Lu ?” Tanya Gabriel datar. Seketika itu juga dia menebasku sangat kuat. Waktu kembali berputar. Aku menjerit kesakitan. Darahku memuncrat dari dalam dadaku. Aku kaget, baru kali ini aku melihat darah asliku. Darah itu berwarna hitam dan berbau sulfur. Aku terbaring kaku di permukaan tanah. Lalu Gabriel berjalan perlahan ke arahku. Terlihat anggun tapi mematikan. Tanah yang ia pijak seketika menjadi retak dan terkikis. Aura kematian  berpendar dari seluruh tubuhnya. Wajahnya sangat datar dan dingin. Aku bisa merasakan kengeriannya. Dan ku lihat ia membawa Pedang Cahaya. hampir sama dengan miliku hanya saja terlihat lebih terang dan kuat.
            “Hai Lu, lancang sekali kau berbuat seenaknya di dunia. Membunuh sesama, merusak fasilitas umum, mengahncurkan peradaban. Kau benar-benar tidak tahu diri. You’re insane Lucifer.” Gabriel berkata sambil menepuk-nepuk pipiku dengan pedangnya.
            “Hah, untuk apa kau ke sini wahai Penjaga Langit ? dunia bukan menjadi urusanmu lagi.” Kataku kesal.
            “Kau benar-benar lancang dan bodoh Lu, kau harusnya tahu. Dahulu langit dan bumi adalah satu. Jadi ketika kau membuat masalah di bumi maka kau juga akan berurusan dengan langit.” Jawab Gabriel sok pintar.
            “Aku tidak peduli El, makhluk bernama manusia telah menghinaku habis-habisan.” Kataku geram sambil bangkit dan berdiri menantang Sang Penjaga Langit Gabriel.
            “Oia, ngomong-ngomong dari mana kau dapatkan Pedang Cahaya itu Gabriel?” aku bertanya kebingungan.
            “Hahaha.. sudah berapa lama kau tidak membaca koran, Lu ?” jawab Gabriel menyebalkan.
            “HA-HA-HA.. maaf teman, di neraka ga ada yang jualan koran.”
            “Hah ? Benarkah ? hm baiklah, semenjak kau di usir dari surga dan mengambil satu-satunya benda wasiat terkuat yaitu Pedang Cahaya, aku bersama rekan malaikatku mulai meneliti dan membuat Pedang Cahaya yang baru dan menyempurnakannya. Dan sekarang ku beri nama Pedang Cahaya ini dengan nama Endorfin.”
            Sejenak ku teringat kehidupanku di Surga. Saat itu adalah masa kejayaanku. Aku adalah bintang yang paling terang di antara para malaikat. Tapi karena kesombonganku, aku diusir dan dibuang ke Neraka. Tapi aku tak mau rugi, akhirnya ku putuskan untuk mencuri Pedang Cahaya, salah satu dari ketiga senjata langit terkuat yang dimiliki malaikat selain Tombak Takdir milik Michael dan Pedang Bulan Sabit milik Yuriel. Tak ku sangka para penjaga langit membuat senjata yang mirip dan bahkan lebih kuat dari Pedang Cahaya milikku.

            “Hahaha.. lucu sekali nama pedangmu itu. EN-DOR-FIN. Hahaha apa itu?” ku tertawa terbahak-bahak sambil melihat muka Gabriel yang berubah masam.
            “Kurangajar kau Lucifer. Berani-beraninya kau menghina Pedang Cahaya ku. Memang kau beri nama apa Pedang Cahayamu itu ?”
            “Enkefalin !” jawabku percaya diri.
            “HAHAHAHAHA.” Gabriel tertawa puas sekali.
             Gabriel masih tertawa lepas. Ku jadikan ini sebagai kesempatan untuk menyerang. Dengan cepat ku melesat dan mengibaskan pedangku ke arah Gabriel. Tapi dengan mudah Gabriel menahan seranganku dengan pedang cahayanya. Ku lihat semua benda dibelakangnya hancur lebur tapi tubuhnya masih tegak berdiri menyebarkan aura kematian yang sangat dingin.
            Ku menjauh beberapa langkah darinya. Dan sekarang dia sedang bersiap untuk menyerangku. Tiba-tiba waktu kembali berhenti berputar. Apa lagi ini. Ku terus berharap bukan Yuriel yang datang. Dan ternyata.
            “Yuriel ! oh damn it !!” kataku dalam hati.
            Waktu kembali berputar saat Sang Pencabut Nyawa mendarat tepat diatas tanah dan menutup kedua sayapnya yang berganti menjadi jubah mengerikan.
            “Oww.. sepertinya sedang ada reunian di sini. Hmm jahat sekali kalian tidak mengajakku. Dasar malaikat tidak setia kawan.” Kata Yuriel dengan nada mengerikan.
            “Hm yuriel, maafkan aku. Aku bisa jelaskan semua ini. Aku benar-benar tidak sengaja membunuh manusia-manusia itu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk melanggar janjiku padamu.” Kataku panik. Yuriel terus mendekat kearahku dengan aura kemarahan. Lalu ia memeras leher jubahku. Ku lihat matanya sangat menyiratkan kemarahan.
            “Dasar Iblis. Tidak bisakah kau menepati janjimu sekali saja hah.” Yuriel terus mencekik  mengangkat tubuhku.
            “Cukup Yuriel. Diamlah. Jangan kau ganggu pertarunganku dengan si bodoh Lucifer ini.” Kata Gabriel datar.
            Yuriel melepaskan cekikannya. Dia memutar badannya kearah Gabriel.
            “Sombong sekali kau Gabriel. Ku cabut nyawamu baru tahu rasa kau.”
            “Coba saja kalau berani!” Jawab Gabriel dingin sambil mengacungkan Pedang Cahayanya kearah Yuriel. Melihat itu Yuriel hanya bisa menghela nafas.
            “Hmm baiklah. Begini saja, ku biarkan kalian bertarung, dan yang kalah harus mau ku cabut nyawanya dan ku masukkan ke neraka. Selagi kalian bertarung ku akan menunggu di batu besar itu, mengamati dan menjadi juri atas pertarungan bodoh kalian. Bagaimana?” kata Yuriel sambil menunjuk batu besar yang ada di sebelahku.
            “Baiklah, siapa takut !” ku tegakkan badanku dan siap untuk bertarung.
            Suasana menjadi hening seketika. Desri-desir angin menambah kelam suasana kota Las Vegas yang telah hancur itu. Gabriel berdiri tepat sejajar dengan tempatku berdiri sambil memegang Endorfinnya. Tatapan kami mulai menyatu. Benda di sekitarku bergerak dan terangkat ke udara seperti terpengaruh oleh aura kekuatan kami berdua. Sedangkan di atas batu besar itu Yuriel masih menonton dengan tenang sambil mengunyah sesuatu dan memasang wajah malas. Seketika aku dan Gabriel berteriak secara bersamaan melepaskan seluruh kekuatan yang kami miliki. Bumi berguncang. Petir menyambar tapi tak di sertai hujan. 
Dan kami melesat cepat hingga pedangku Enkefalin beradu dengan pedang Endorfin milik Gabriel. Langit menggema, petir membelah mega. Kami saling menjauh dan bersiap-siap untuk melakukan serangan berikutnya. Lalu kami terus menyerang satu sama lain. tak kenal lelah, tak mau menyerah. Terus menebas dan berusaha untuk mencari celah dan kesempatan untuk melukai satu sama lain. Tak terasa waktu berlalu. Sudah empat jam kami bertarung. Tapi masih belum ada yang mau menyerah di antara aku dan Gabriel.
Akhirnya kami terdiam. Posisi kami sekarang sama percis dengan posisi kami saat memulai pertarungan. Terlihat dari kejauhan Gabriel mulai kelelahan. Dan tak bisa ku pungkiri aku pun sudah mulai lelah. Tubuhku seperti tidak bisa di gerakan. Ingin ku segera menyelesaikan pertarunganku. Walau hanya sebuah permainan, tapi ku sangat ingin sekali mengalahkan si sombong Gabriel itu. Seketika hening. Kami larut dalam keseriusan.
Lalu di saat bersamaan kami berteriak sekeras-kerasnya, mengeluarkan semua energi yang masih tersisa. Terlihat cahaya berpendar di sekitar tubuh kami berdua. Berbeda dengan Gabriel yang memiliki cahaya berwarna putih kebiruan, aku memiliki cahaya hitam kemerahan. Dan ku tahu punyaku lebih keren. Aku terus mengeluarkan energiku hingga pada suatu titik, akhirnya ku berhasil mengeluarkan sayapku. Hitam dan menyeramkan. Itulah aura yang timbul ketika sayapku terbentang lebar. Disaat yang bersamaan Gabriel pun mengeluarkan sayap putihnya. Begitu anggun dan cantik, namun masih terlihat gagah. Terlihat ia sangat bangga memamerkan sayap indahnya.
“Dasar banci !” kataku sirik.
“Apa kau bilang ? lancang sekali kau !” Gabriel terpancing dan seketika melesat cepat bersiap menebasku.
Aku terkejut, mataku terbelalak. Sial. Umpatku dalam hati. Ku coba unuk menahannya. Tapi sudah terlambat. Kekuatan Gabriel sangat kuat kali ini. Ku lihat Pedang Cayaku hancur secara perlahan menerima serangan dari Endorfin milik Gabriel. Pedang cahayaku hancur, dalam sekejap terjadi ledakan besar seperti ledakan bom atom di Hirosima dan Nagasaki. Sekali lagi Kota Las Vegas yang manusia biasa menyebutnya kota yang tak pernah mati sekarang sudah menjadi abu akibat pertarungan dua malaikat, maksudku satu malaikat dan satu lagi ‘iblis setengah malaikat’.
Tubuhku terpental. Masih merasa terkejut dengan serangan Gabriel. Lalu aku menabrak sebuah batu besar tepat dibawah kaki Yuriel. Ku lihat Yuriel tersenyum mengerikan. Seperti senang melihatku kalah. Tidak, aku tidak boleh kalah. Aku harus kembali ke Nereka dengan wajah seorang pemenag. Ku masih tak terima dengan hancurnya Enkefalin. Bagaimana ini ? aku tak boleh kalah. Ku harus memikirkan cara lain.
Gabriel terus mendekat perlahan. Terlihat anggun, tapi mematikan. Aku benci dengan keadaan ini. Aku berusaha berdiri tapi tubuhku terasa lemas sekali. Argh, adakah seseorang disana yang mau membantuku ? pikiranku semakin kacau. Lalu sekjap angin berhembus perlahan. Suasana terasa sangat tenang. Apa ini yang manusia sebut sekarat ?. aku bingung. Ku pejamkan mataku dan tanpa sadar ku berdoa dalam hati.
“God.. help me.. please ! ! L..” terdengar lirih namun penuh ketulusan.
            Sayup-sayup ku rasakan cahaya perpendar dari tubuhku. Ini bukan cahayaku. Kataku dalam hati. Pecahan Pedang Enkefalinku berubah menjadi titik cahaya. lalu titik-titik cahaya itu bergerak kearahku. Sangat indah. Ku berdiri dan mereka bergerak perlahan kearah genggamanku. Dalam genggamanku mereka berputar cepat sekali. Hingga membentuk bulatan cahaya yang sangat terang. Hingga mampu menerangi kota Las Vegas yang kelam. Gabriel keheranan. Dan tanpa basa-basi ia mengacungkan Endorfinnya dan bernafsu untuk menebasku. Sangat cepat dan ku dengar ia berkata, “ Pergilah kau ke Neraka Lucifer!!!”
            Aku memusatkan pikiranku. Ku rasakan ada sesuatu yang menggerakkan tubuhku selain otakku. Ku tarik cahaya yang ada di genggamanku ke samping pinggangku. Dan ku berisap untuk melemparkan cahaya itu kearah Gabriel. Dan tiba-tiba Gabriel sudah ada di hadapanku dengan Pedang Cahayanya yang mengerikan. Ku dorong tanganku kedepan. Dan seketika cahaya yang ku genggam erat berubah menjadi senjata laser yang sangat kuat dan besar.
            “Kembalilah kau ke Surga, Gabriel !! hahaha.”  Teriakanku menggema di udara.
            Seketika Laser Cahayaku menghancurkan Pedang Cahaya milik Gabriel. Dan Gabriel pun terpental jauh ke langit membelah awan hitam yang sedari tadi menemani pertarungaku dan Gabriel. Teriakan Gabriel terdengar dari kejauhan. Pertarungan selesai. Aku menang. J
            Suasana hening seketika. Semilir angin membelai tubuhku. Mataku teler. Dan nafasku sesak. Belum pernah aku merasakan kelelahan sampai seperti ini. Lalu dari belakangku terdengar suara tepuk tangan.   
“Hm.. Hebat juga kau Lu, tak salah seluruh pasukan langit menyebutmu Sang Penggenggam Cahaya !” kata Yuriel bangkit dari duduknya.
            Aku terjatuh, kekuatanku habis total. Mataku sayu seperti orang sekarat. “Tuhan telah membantuku.” Kataku pelan.
            “Kau benar Lu, Tuhan memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia selalu menolong hambaNya yang sedang terpuruk dan menderita, bahkan untuk Malaikat setengah Iblis sepertimu. Baiklah, sepertinya aku harus pergi. Selamat tinggal Lu.” Kata Yuriel sok bijaksana.
            “Tunggu Yuriel. Bisakah kau mengirimku ke Neraka?”
            “Hah ? Kenapa? Bukankah kau sudah menang ?” Yuriel kebingungan.
            “Benar, tapi dunia tak cocok untukku. Aku tak mau berbuat kerusakan lebih dari ini Yu.”
            “Oh tidak bisa, ini sudah perjanjian, kau tak bisa merubah peraturan seenak dengkulmu Lu !!” Kata Yuriel menyebalkan.
            “Tapi Yur…”
            “Sudahlah terima saja nasibmu Lu.” Yuriel membentangkan sayapnya bersiap untuk terbang.
            “Hei tunggu, mau kemana kau ?”
            “Aku akan mengejar Gabriel, takkan ku biarkan dia masuk surga, perjanjian tetap perjanjian. Gabriel harus masuk neraka.” Yuriel terbang dengan sangat cepat.
            “Wait.. wait Yuriel.. Tunggu.. tidaaaakk. Owh, damn it. Dasar Yuriel bodoh.” Aku kesal. Padahal membunuhku dan mengirimku ke Neraka adalah perkara mudah bagi Yuriel Sang Pencabut Nyawa, tapi dia malah pergi mengejar Gabriel yang sudah pasti ingin tetap di Surga.
            Suasana kembali sunyi. Aku mencoba berteriak, meminta tolong tapi tak ada satupun orang yang mau memberi tanggapan. Tubuhku tak bisa bergerak. Tulangku seperti remuk. Dan tiba-tiba waktu kembali terhenti. “aah sial, siapa lagi ini ?” tanyaku dalam hati. Dan ternyata,
            “Michael ?” aku terkejut tapi tetap tak bisa bergerak. Mataku terbelalak. Sayapnya terbentang lebar dan sangat mempesona.
            “Hi Lu, bertarunglah denganku !” Michael Sang Pemanah Langit datang dengan senyum menyebalkan sambil mengacungkan Tombak Takdir-nya ke arahku.
            “Ohh.. Tidaaaaaaakkk !!! “ Teriakanku menggema hingga menembus langit dan ku harap itu adalah teriakanku yang terakhir.    
               
         
             

                                                                                               


  

2 komentar:

  1. Mizuki-Arjuneko mengatakan...:

    Sejauh ini, mungkin ini cerpen yang paling kusuka di blog ini. Imajinasinya liar! Teenlit-kah? Padahal cerita ini berpotensi jadi sastra loh. Trus endingnya kaya kurang mengena begitu.

    Tambahin konflik psikologinya si Lucifer. Bawa2 Adam, Hawa, dkk... (kaya tulisan interview with Luciferku dulu hwkwkw...narsis di blog orang,,,maap)

    Aniwei, pokoke aku pingin tulisan ini diedit trus kirim kemana gitu. Kayake Peksimenal juga bisa...tambahin unsur kelokalannya juga (berarti mungkin referensi literatur dari Bible atau Al Qur'an???), ama Las Vegas itu sendiri.

    Atau bikin lagi aja yang prekuelnya, pas dia bangkit di Las Vegas wkwkw...

    LIKE THIS GAN!

  1. Gumi El Rumi mengatakan...:

    haha.. ini cerpen fantasi pertamaku, memang bahasanya agak sedikit kaku, aku pengen mencoba untuk membuat cerpen ini seperti film, tapi malah kayak gini jadinya. aku malah berfikir humornya ga jelas..(-,-)
    Tapi nanti aku kembangin lagi deh ceritanya, yang lebih ngena tentunya..:D

    thanks sudah bersedia komen

Posting Komentar